Kepala Program Studi Teknik Elektronika Pertahanan Akmil Kolonel Chb Mohamad Nazar mengikuti kegiatan webinar kuliah umum Mr. Habib Boukharouba Chief Executive Officer E-System Solutions FZ-LLC dengan topik “The New Age Warfare Perspektive” yang diselenggarakan oleh Universitas Pertahanan. Dalam kesempatan Webinar tersebut Kepala Program Studi Teknik Elektronika Pertahanan Akmil mendampingi Kepala Koordinator Dosen Akmil dan WI Bidang Manajemen Akmil.
Acara Webinar yang diselenggarakan oleh Universitas Pertahanan ini diikuti oleh peserta baik secara daring maupun luring. Peserta yang hadir secara Luringa atau secara offline di laksanakan di dalam Ruang Tenda (halaman Kemhan) Jl. Medan Merdeka Barat No. 13-14 Jakarta Pusat. Adapun pejabat yang diundang untuk mengikuti Kuliah Umum secara luring (offline) meliputi unsur pejabat dari Kementerian Pertahanan mulai dari pejabat eselon I sampai dengan eselon III, selain itu Kemhan juga mengundang para pejabat tinggi TNI diantaranya Gubernur Lemhanas, Asops Panglima TNI, Asops Kasad, Asops Kasal, Asops Kasau, dan Danseskoau. Peserta yang mengikuti secara daring (online) meliputi Dankodiklat TNI, Dansesko TNI, Dankodiklatad, Dankodiklatal, Dankodiklatau, Danseskoad, Danseskoal, Gubernur AAL, Gubernur AAU, Kakordos Akmil, WI Bidang Manajemen Akmil, dan Kaprodi Nikelektrohan Kordos Akmil.
Pimpinan acara kuliah umum yaitu Sekjen Kemhan sekaligus pembuka acara dan membacakan sambutan dari Menteri Pertahanan RI yang pada intinya membahas tentang Lingkungan Strategis pada wilayah regional dan global. Lingkungan tersebut selalu mengalami perubahan sewaktu-waktu sesuai dengan kepentingan negara-negara di wilayah tersebut. Lingkungan strategis yang dimaksud yaitu wilayah Indo Pasifik dan Laut China selatan yang mempunyai kandungan kekayaan laut dan hutan melimpah sehingga memberikan dorongan banyak pihak untuk berkompetisi, termasuk Negara Indonesia. Apabila terjadi Konflik Laut China selatan, maka Negara Indonesia perlu mewaspadai dan harus bersiap-siap untuk kemungkinan terburuk dampak dari konflik tersebut. Berlatar belakang dari hal tersebut maka mendorong Negara Indonesia untuk mampu memodernisasi alutsista dan mendidik prajurit serta taktik operasi dan strategi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan Teknologi.
Penyampaian materi kuliah umum oleh Mr. Habib Boukharouba Chief Executive Officer E-System Solutions FZ-LLC dengan topik “The New Age Warfare Perspektive” yang membahas Konsep A2/AD Anti Acces/Area Denial adalah istilah modern yang mengacu pada strategi perang yang berfokus pada mencegah suatu pihak dari mengoperasikan kekuatan militer di dekat, ke dalam, atau di dalam wilayah yang diperebutkan. Mr. Habib Boukharouba dalam penyampaian materinya dengan mencontohkan perang yang terjadi pada Konflik di Nagorno Karabakh. Konflik terkait wilayah perbatasan darat kedua negara kecil ini terjadi antara Negara Azerbaijan dan Armenia. Konflik kedua negara kecil tersebut dimulai pada tahun 2018 merupakan yang pertama kalinya di dunia yang menggunakan teknologi pada konsep bertempurnya. Hal ini menjadi contoh konsep peperangan di masa kini. Sebagaimana diketahui bahwa Azerbaijan dan Armenia telah lama berselisih mengenai Nagorno-Karabakh. Kedua negara tersebut dulunya adalah bagian dari Uni Soviet dan Nagorno-Karabakh diakui sebagai bagian dari wilayah Azerbaijan. Ketika Uni Soviet runtuh pada 1991, wilayah Nagorno-Karabakh, yang mayoritas beretnik Armenia, ingin melepaskan diri dari Azerbaijan sehingga pertempuran bersenjata pun pecah. Kedua menerapkan pertempuran berbasis teknologi anti akses dan penolakan area (A2/AD Anti Acces/Area Denial) pada wilayah masing-masing. Pertempuran tersebut dilakukan bukan oleh negara adidaya seperti China ataupun USA namun oleh Armenia dan Azerbaijan. Hal ini menjadi model baru peperangan saat ini dan dimasa depan.
Perang tersebut telah menewaskan 60.000 orang sejak tahun 1988 hingga 2020. Armenia memiliki personel militer mantan uni soviet. Armenia memiliki alutsista buatan Rusia yakni S-300 untuk mengawal area udaranya sehingga membentuk seperti payung yang melindungi areanya sejauh 80 Km. Armenia juga memiliki ribuan tank dan persenjataan lainnya yang tersimpan dalam bunker yang sangat luas. Armenia membuat anti akses dan penolakan area pada wilayahnya. Area yang dijangkau A2/AD Armenia termasuk area yang dipersengketakan dengan Azerbaijan.
Namun pada kenyataanya, sistem pertahanan A2/AD Armenia dapat ditembus oleh kekuatan tempur Azerbaijan. Area pertahanan udaranya dapat ditembus hanya oleh drone seharga ratusan ribu dolar. Alutsista peluncur misil S-300 milik Armenia seharga ribuan dolar dihancurkan oleh drone bunuh diri yang langsung mengenainya. Strategi ini dilakukan Azerbaijan sebagai serangan penentu menghancurkan A2/AD Armenia. Berikut merupakan gambar Drone yang digunakan oleh Militer Azerbaijan.